Pertama-tama post kali ini saya tulis dengan menggunakan bahasa
formal karena siapa tahu ada orang lain selain anak2 muda yang membacanya :D.
Langsung dimulai aja ya.
Ketika saya kecil,
saya memang sekedar merayakan Natal menyambut kedatangan Yesus bersama
teman-teman-teman yang lain, bukan hanya merayakan kedatangan Yesus saya juga
biasanya menantikan kado-kado yang berdatangan dari keluarga, dan juga tentunya
baju baru. Ketika ada ibadah Natal untuk para anak-anak biasanya ada juga
Sinter Klas yang ikut memeriahkan acaranya. Namun banyak sekali pandangan yang
berubah dan makna Natal bagi saya ketika saya sudah besar dan khususnya saat
ini.
Seperti yang kita
semua ketahui, bahwa Natal adalah hari dimana kita memperingati kelahiran
Yesus, Tuhan dan Juruselamat dunia. Semua umat Kristiani merayakannya dengan
berbagai macam cara dan budaya yang berbeda-beda. Ketika saya dulu tinggal di
Amerika ketika umur 9-13 (bukan ingin pamer, tapi ingin berbagi cerita), Natal
begitu terasa suasananya. Pohon Natal dimana-mana, lagu-lagu Natal dimainkan di
setiap toko yang dikunjungi selama sebulan penuh, belum lagi setiap rumah
didekorasikan dengan lampu2 Natal yang begitu meriah. Saya masih ingat ketika
Christmas Eve, setelah pulang dari Gereja kami sekeluarga biasanya mengelilingi
kota Gainesville (kota kami tinggal selama 4 tahun disana) dan masuk ke
komplek-komplek perumahan elit untuk melihat dekorasi setiap rumah yang sungguh
menarik perhatian dengan hiasan lampu Natal yang dipasang di jendela ataupun di
teras rumah mereka. Pada intinya, Natal di Amerika terasa benar nuansa
Natalnya.
Ketika saya kembali ke Indonesia, Natal agak sedikit berbeda
karena jujur nuansa Natalnya tidak kental namun tetap terasa. Namun, yang saya
senang dari Natal di Indonesia adalah saya bisa merayakannya dengan KELUARGA
BESAR, dan mendapat rasa kekeluargaan yang sangat saya rindukan ketika saya di
Amerika.
Itu sedikit cerita tentang kehidupan Natal saya ketika saya kecil.
Lalu masuk sebuah pertanyaan yang seharusnya semua umat Kristiani tanyakan ke
diri masing-masing: “Apa arti Natal bagi diriku?”
Mungkin ada banyak versi jawaban dari tiap umat, dan saya pun
mempunyai pandangan saya sendiri. Inilah yang saya mau share-kan disini. Inilah
pandangan Natal bagi saya.
Natal / Christmas diambil dari kata CHRIST yang bearti
mengutamakan peringatan akan Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk
menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Berarti saya merayakan
Natal untuk menyambut kedatanganNya ke dunia ini.
Lalu saya teringat oleh suatu pertanyaan yang juga seharusnya
direnungkan oleh semua umat Kristiani di seluruh dunia, “ketika Yesus sudah
lahir dan sudah menebus dosa manusia, dan kita pun sudah mengaku percaya akan
itu, tapi apakah “Arti Yesus bagi kita?””
Lalu saya juga teringat akan pertama kalinya saya percaya dengan
sungguh bahwa Yesus lah Tuhan dan Juruselamat. Ceritanya begini:
Saat itu saya berumur 9 tahun dan ikut pergi ke Amerika mengikuti
keluarga karena mama mengambil S3 disana selama 4 tahun. Ketika sampai disana,
saya masih belum bisa berbahasa Inggris, sebenarnya bisa namun hanya yang
umum-umum saja, seperti “how are you? Fine, thank you,”, dll. Saya belum
mempunyai teman, mama saya sibuk belajar,
papa saya sibuk bekerja, kakak saya (perempuan) punya kegiatan yang berbeda
dengan saya, adik saya (perempuan juga) 4 tahun berbeda dan masih kecil (5
tahun). Di sekolah, saya tidak bisa ngomong apa-apa karena tidak bisa bahasa
inggris, dan belum punya teman. Teman saya hanyalah sebuah TV yang berbahasa
inggris semua dan juga sebuah komputer yang untungnya sudah ada internetnya.
Saya sering nonton dan main-main dengan program pain pada saat itu untuk
menggambar.
Suatu hari, saya jenuh dengan rutinitas saya dan sebenarnya ingin
balik ke Indonesia dan kembali bermain bersama teman-teman dan keluarga
(sepupu). Saya bagaikan hidup di planet yang berbeda dan tidak mengerti
apa-apa. Ketika itu, saya memang sedang kesal dan langsung complaint dan
marah-marah ke Tuhan, tidak melalui doa, tetapi langsung dari hati saya
berbicara ke Tuhan. Kurang lebih, inilah yang saya ucapkan ke Tuhan: “ Tuhan,
mengapa saya disini? Saya merasa sendirian dan tidak punya teman. Saya inginnya
balik lagi ke indonesia.”
Setelah itu, ada sebuah Alkitab terletak di atas meja ruang
keluarga. Saya langsung membukanya dan menemukan sebuah pembatas buku yang
berjudul: “Jejak Kaki”. Saya langsung membacanya dan saya menemukan suatu
perasaan yang berbeda seperti saya telah disegarkan. Beginilah cerita jejak
kaki tersebut:
Deep in his slumber, one night a man had a very real, yet surreal dream. He dreamt that he was walking along the beach with God. As he looked up at the sky, he saw all the scenes of his life flash by along with two sets of footprints: one set for himself, and another for God.
After all the scenes had flashed before him, he looked back at those footprints and noticed something quite disturbing: At the most difficult times in his life, he saw only one set of footprints.
This deeply troubled the man, so he turned and said to God: "You said that if I followed you, then you would always walk with me through thick and thin. In looking back, I see that during the most painful times there is only one set of footprints. Why did you leave me when I needed you the most?"
"I love you and would never leave. It was during those times when you suffered the most that I carried you."
Saat itu juga saya langsung berdoa dan meminta maaf kepada Tuhan
karena tidak merasa kuasaNya ketika saya sedang jatuh. Saya berjanji akan tetap
setia kepadaNya dan meminta agar Tuhan Yesus senantiasa menyertai saya di
sepanjang hidup saya. Saya berdoa juga agar saya dituntun untuk menghadapi
kehidupan saya disana. Saat itu juga saya merasa sangat diperbaharui secara
rohani. Sejak itu, semuanya berjalan seperti janji Tuhan bahwa dia senantiasa
BERJALAN BERSAMA KITA. Saya mendapat banyak teman, satu persatu ingin
berkenalan dengan saya, saya mulai lancar untuk berbahasa Inggris. Mendapat
banyak teman juga di Gereja, dan sejak itu saya jarang mengeluh dan setiap
pergumulan yang saya hadapi pintunya dibukakan oleh Tuhan.
Singkat cerita saya mengaku percaya dan saya benar-benar merasakan
bahwa, Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat yang tidak akan pernah meninggalkan
kita. Dia senantiasa beserta kita seperti yang tertulis di Matius 1:23: Imanuel
– yang berarti: Allah menyertai kita.
Itu pun nama saya “Imanuel” yang memang diberikan oleh orang tua
saya, dan saya benar-benar bersyukur mempunyai nama seperti itu, namun juga
berat tanggung jawabnya. Saya benar2 memaknai arti nama saya sesungguhnya dan
benar saya mengalaminya sendiri.
Kembali lagi ke pertanyaan sebelumnya:
Apa arti Yesus bagi hidupku?
Bagiku Yesus adalah:
-
Tuhan & Juruselamat: jalan kebenaran
-
Teman: senantiasa menemaniku
-
Tempat curhat: segala masalah yang kuhadapi, kuceritakannya padaNya.
-
Panutan:
segala yang kuperbuat, seharusnya seturut dengan kehendak-Nya
-
Guru:
mengajariku banyak hal tentang hidup.
-
Gembala:
aku ini domba yang lemah dan butuh gembala seperti Yesus.
Ya,
kita boleh merayakan Natal dengan berbagai macam cara dan tradisi, namun Natal
yang sesungguhnya ada dalam Yesus. Tujuan Natal sesungguhnya adalah kita memperingati bukan sekedar merayakan
kedatangan Yesus. Jadi Natal bukan hanya sekedar perayaan mewah, baju baru,
atau sekedar berkumpul bersama keluarga. Namun, Natal yang sejati ada di hati setiap orang percaya.
Mari
kita renungkan bersama, Apa arti Natal
bagi-mu?
Dan
tanyakan ke hati masing-masing: Apa arti
Yesus bagi hidup-ku?
Itu
adalah 2 pertanyaan yang kita harus sama-sama renungkan di Natal tahun ini,
agar Natal yang sesungguhnya bisa kita rasakan dan sungguh menetap di hati tiap
umat Kristiani.
Semoga
damai & sukacita Natal bisa menetap di setiap hati masing-masing, dan aku
akan berdoa agar setiap orang boleh merasakan kehadiran Yesus di hidupnya.
Have
a blessed and merry Christmas!
Tuhan
Yesus memberkati kita semua.
“Akulah
terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12)
-Jesus
Christ-
No comments:
Post a Comment